Recent comments

Breaking News

Surat Terbuka Jaya Suprana Kepada Ahok


Dimuat di harian Sinar Harapan edisi Rabu, 25 Maret
2015




Bapak Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang
terhormat.
Saya sangat menghormati, menghargai, dan mengagumi
semangat perjuangan Anda dalam membasmi korupsi
dari persada Nusantara tercinta ini. Bagi saya, Anda
memang layak tokoh pembasmi korupsi Indonesia yang
paling konsekuen dan konsisten. Anda layak dielu-
elukan sebagai jawara, pendekar, cowboy, bahkan
superhero pembasmi korupsi seperti yang tampil di
berbagai meme yang mengelu-elukan semangat
perjuangan Ahok membasmi korupsi.
Sebagai sesama warga Indonesia keturunan Tionghoa
dan umat Nasrani, saya juga sangat bangga atas
semangat perjuangan Anda membasmi korupsi. Namun,
akhir-akhir ini terasa bahwa lamat tetapi pasti timbul
rasa kebencian masyarakat terhadap kata-kata dan
kalimat-kalimat Anda yang dianggap tidak sopan dan
tidak santun sehingga tidak layak saya tulis di surat
permohonan terbuka di Sinar Harapan yang tersohor
sopan dan santun dalam pemberitaan ini.
Bahkan, teman-teman saya yang cendekiawan,
rohaniwan, akademikus bukan politikus yang semula
mendukung Anda kini mulai meragukan dukungan
mereka terhadap Anda. Apalagi mereka yang sejak
semula tidak mendukung kini malah mulai membenci
Anda. Saya tahu, Anda seorang pemberani, apalagi
sudah disemangati oleh mereka yang muak korupsi,
tetapi tidak mau atau tidak mampu turun tangan sendiri,
pasti sama sekali tidak takut menghadapi dampak
ucapan kata-kata Anda. Namun, saya yang pengecut ini
yang takut dan saya yakin saya tidak sendirian dalam
ketakutan.
Bukan rahasia lagi, bahkan fakta sejarah, bahwa telah
berulang kali terjadi malapetaka huru-hara rasialis di
persada Nusantara. Akibat memang beberapa insan
keturunan Tionghoa bersikap dan berperilaku layak
dibenci maka beberapa titik nila merusak susu
sebelanga. Akibat beberapa insan keturunan Tionghoa
bersikap dan berperilaku layak dibenci maka seluruh
warga keturunan Tionghoa di Indonesia dipukul-rata
untuk dianggap layak dibenci.
Cukup banyak warga keturunan Tionghoa jatuh sebagai
korban nyawa termasuk ayah kandung dan beberapa
sanak-keluarga saya sendiri di masa kemelut tragedi
G-30-S. Nyawa saya pribadi memang selamat, namun
sekolah saya dibakar dan ditutup hanya akibat
digolongkan sebagai sekolah kaum keturunan Tionghoa,
padahal saya pribadi tidak pernah setuju komunisme.
Ketika huru-hara rasialis 1980-an di Semarang, kantor
saya dilempari batu. Mobil saya dibakar dan rumah
saya nyaris dibumi-hanguskan para huruharawan
apabila tidak diselamatkan oleh TNI, kepolisian, dan
tetangga saya yang justru bukan keturunan Tionghoa.
Saya kira, Anda juga sadar bahwa kini memang tidak
ada lagi penindasan terhadap kaum keturunan Tionghoa,
namun jangan lupa bahwa suasana indah ini hanya bisa
terjadi berkat perjuangan almarhum Gus Dur, yang
dilanjutkan Megawati, SBY, dan kini Jokowi yang secara
politis dan hukum melarang diskriminasi terhadap kaum
keturunan China yang berdasar Keppres SBY 2014
disebut Tionghoa.
Pada kenyataan sebenarnya kebencian terhadap kaum
Tionghoa di Indonesia belum lenyap. Kebencian masih
hadir sebagai api dalam sekam yang setiap saat rawan
membara, bahkan meledak menjadi huru-hara apabila
ada alasan. Tidak kurang dari Imam Besar FPI, Habib
Rieziq, menyatakan kepada saya pribadi bahwa beliau
menghargai semangat Anda membasmi korupsi, namun
yang tidak disukai pada diri Anda hanyalah kata-kata
tidak sopan saja.
Bukan sesuatu yang mustahil bahwa kata-kata tidak
sopan Anda menyulut sumbu kebencian sehingga
meledak menjadi tragedi huru-hara yang tentu saja
tidak ada yang mengharapkannya. Maka dengan penuh
kerendahan hati, saya memberanikan diri untuk
memohon Anda berkenan lebih menahan diri dalam
mengucapkan kata-kata yang mungkin apalagi pasti
menyinggung perasaan bangsa Indonesia. Terima kasih
dari seorang warga Indonesia yang tidak sepemberani
Anda.

Jaya Suprana


[IG/BB]

No comments

Silahkan berkomentar di kolom sini :