PA 212 : Paska Aksi Bela Islam 212 rezim menerapkan Islamophobia-policies.
KABARINDOnews - Jakarta, "Kriminalisasi ulama dan aktivis Islam, belah bambu ormas
Islam, stigmatisasi anti-Pancasila dan Kebhinekaan," kata Slamet Ma'arif pada bedah buku Diary 212 di Masjid Al Abror Tanah abang jakarta ketika menyebutkan deretan
kebijakan anti-Islam.
Slamet Ma’arif sebagai Presidium Alumni 212 mengemukakan, paska Aksi Bela Islam 212 rezim menerapkan Islamophobia-policies.
Diskusi Buku Diary 212: Buat Apa Reuni Akbar 212 ?
Pada kesempatan yang sama, Menurut Mukhlis (Pembina Thoriquna-red) mengatakan, untuk menghadapi kondisi tersebut, umat dan
gerakan Islam harus menata tiga hal.
‘’Pertama, kita harus membersihkan hati kita dari penyakit.
Kedua, kita harus menyempurnakan amal kita, seperti shalat wajib berjamaah di
masjid. Dan ketiga, kita jangan berpecah belah karena organisasi,’’ tutur
Pembina Thoriquna tersebut.
Mukhlis mengapresiasi munculnya Gerakan Indonesia Shalat
Subuh (GISS) yang dirintis KH M Al Khaththath. Namun, GISS jangan berhenti
membawa jamaah ke masjid. Karena itu, Mukhlis menyerukan gerakan ‘Minal Masjid
ilal Jihad’. Maknanya, masjid harus
difungsikan sebagai basis perjuangan dan jihad di segala bidang.
Sementara itu, Edy Mulyadi, menandaskan bahwa perjuangan
Islam harus berupaya meraih kekuasaan. Sebab, dengan kekuasaanlah, ajaran
kebenaran dan kebaikan bisa efektif ditegakkan.
‘’Alexis itu dulu berkali-kali didemo, tapi tidak pernah
tutup. Tapi cukup dengan selembar surat berkop Pemprov DKI yang menolak
perpanjangan ijinnya, Alexis langsung tutup,’’ kata Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah, Korps Mubaligh Jakarta itu mencontohkan efektivitas
kekuasaan untuk nahi munkar.
[Buse/IG/KIN]
No comments
Silahkan berkomentar di kolom sini :